Minggu, 12 Februari 2012

STRATEGI ORGANISASI PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

             Pada masa pergerakan nasional Indonesia ada dua momentum sejarah yang paling mendasar. Pertama, munculnya gerakan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi yang menyuarakan kemerdekaan Indonesia dengan melakukan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri, serta merupakan gerakan yang membangkitkan tujuan dan cita-cita untuk menentang imperialisme dan kolonialisme. Kedua, munculnya Sumpah Pemuda yang merupakan kristalisasi dari seluruh aspirasi dan cita-cita masyarakat Indonesia masa itu untuk bersatu memerdekakan diri dari penjajah.
            Sejak tahun 1908 mulai berdiri dan berkembang organisasi-organisasi modern di Indonesia baik yang bersifat politik, ekonomi, maupun sosial dan kebudayaan.

1.      Budi Utomo (BU)
Pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dkk. mendirikan perkumpulan bernama Budi Utomo di Jakarta. Kongres pertama pada Oktober 1908 memilih Adipati Tirtokusumo (seorang bupati) sebagai ketua dan Dr, Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketua.
Budi Utomo mencanangkan pedoman, yaitu pemuda menjadi motornya dan orangtua menjadi sopirnya. Tujuan dari pergerakan Budi Utomo yaitu untuk menjamin dan mempertahankan kehidupan bangsa yang terhormat.
Jika dilihat dari keanggotaannya, perkumpulsn ini bersifat kedaerahan, namun juga dapat dikatakan bersifat nasional.Hal ini dibuktikan dengan partisipasi Budi Utomo ketika berdirinya partai-partai politik. Gerakan nasional Budi Utomo semakin jelas dengan diubahnya nama Budi Utomo menjadi Budi Utama dan terlihat dengan jelas tujuannya sejak tahun 1928 ikut serta melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.
Selanjutnya, Budi Utomo mengadakan integrasi seasas dan sehaluan dan kemudian bergabung dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya).

2.      Perhimpunan Indonesia (PI)
Pada tahun 1908, para pemuda Indonesia di Belanda mendirikan perkumpulan bernama Indische Vereeniging yang bersifat sosial dengan tujuan awal untuk mensejahterakan anggotanya yang ada di Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat dkk, membawa pengaruh besar kepada perkumpulan ini.
Tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesiche Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Tujuannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang dilakukan dengan cara melaksanakan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri.
Propaganda PI di Belanda dilakukan secara aktif, salah satunya menghadiri kongres internasional pada tahun 1926-1927, seperti :
·         Kongres Demokrat Internasional di Bierville (1926)
·         Kongres Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan di Brussel (1927)

Aktivitas PI dihubungkan dengan pemberontakan PKI tahun 1926-1927 sehingga para pemimpinnya ditangkapdan diajukan ke pengadilan. Karena tidak terbukti bersalah, pada tahun 1928 mereka dibebaskan.

3.      Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Solo muncul perkumpulan dagang Islam bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan Haji Samanhudi sebagai pemimpin. Kemudian, seorang intelektual dari Surabaya, Haji Oman Said (HOS) Cokroaminoto sebagai promotornya mengubah SDI menjadi Sarekat Islam pada tahun 1912. Perubahan itu berpengaruh pada sistem keanggotaannya, anggotanya bukan hanya pedagang Islam, namun mencakup seluruh umat Islam dari berbagai lapisan masyarakat.
Pengaruh pergerakan Sarekat Islam di masyarakat menyebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga menimbulkan pemberontakan, seperti :
·         Pemberontakan di Toli-Toli (Sulawesi Selatan); menimbulkan korban jiwa, seorang pegawai Belanda dan beberapa orang pegawai bangsa Indonesia. Pemberontakan dihubungkan dengan kedatangan Abdul Muis ke Sulawesi untuk keperluan partai, sehingga ia dituduh terlibat pemberontakan.
·         Pemberontakan Cimareme (Jawa Barat); terjadi karena protes kaum petani yang menolak menyerahkan padinya kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan. Sarekat Islam dituduh terlibat dalam pemberontakan itu.

Berdirinya PKI yang diketuai Semaun tahun 1920 membahayakan perkembangan Sarekat Islam, karena jabatannya juga sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang. Karena itu, tahun 1921, Sarekat Islam mengeluarkan peraturan disiplin organisasi yang melarang semua anggotanya menjadi anggota organisasi lain. Karena protes dari Semaun atas larangan tersebut, akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi Sarekat Islam Putih, dipimpin HOS Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah, dipimpin Semaun.
Tahun 1929, Sarekat Islam berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Setelahnya, banyak anggota yang keluar dari organisasi itu. Sarekat Islam mengambil langkag dan taktik nonkooperasi kepada pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1930, Sarekat Islam mengalami kemerosotan dan pecah menjadi tiga partai yaitu PSII kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII. Aktivitas partai ini berhenti setelah pendudukan Jepang.
  
4.      Indische Partij
Indische Partij didirikan tahun 1912 oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat dengan semboyannya Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia (Hindia) hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan tinggal di Indonesia tanpa memandang jenis bangsanya.
Tujuan partai ini, untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka dan anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia. Namun, partai ini tidak dapat berkembang menjadi partai massa karena stelsel colonial menjadi penghalang dalam proses interaksi dan pergaulan dengan orang-orang asing di Indonesia.
Indische Partij menunjukkan garis politiknya dengan jelas dan tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Partai ini banyak mengkritik dan mengecam pemerintahan kolonial Belanda sehingga menyebabkan ketiga pendirinya ditangkap dan diasingkan ke Belanda tahun 1913.
Pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker dikembalikan ke Indonesia tahun 1919. Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik sedangkan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) beralih ke dunia pendidikan dan selanjutnya mendirikan Taman Siswa.
Walaupun Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangannya tetap memiliki arti besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk mencapai Kemerdekaan.

5.      Partai Komunis Indonesia (PKI)
PKI (Partai Komunis Indonesia) dipelopori dari ISDV (Indische Social Demokratische Vereeniging) yang didirikan oleh Sneevliet (pegawai Belanda berpaham komunis) dan Semaun (ketua Sarekat Islam di Semarang) pada tahun 1914 yang berpusat di Semarang. ISDV kemudian berkembang dan mempengaruhi anggota-anggota Sarekat Islam singga akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi Sarekat Islam Putih (dipimpin HOS Cokroaminoto) dan Sarekat Islam Merah (dipimpin Semaun).
Pada Tahun 1920, Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk PKI yang diketuai Semaun dan wakilnya Darsono. Tetapi beberapa tokoh Belanda yang tidak menyetujui berdirinya PKI, memisahkan diri dan membentuk ISDP (Indische Social Demokratische Party) dan diketuai F. Bahler.
Hubungan PKI dan pemerintah Belanda semakin buruk sebagai akibat dari pemogokan-pemogokan yang mengarah pada masalah timbulnya konflik antara pemerintah Belanda dan PNI. Pada tahun1926, PKI melakukan pemberontakan di Jawa Barat dan tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan PKI tersebut, pada tahun 1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI sebagai partai terlarang.

6.      Partai Nasional Indonesia (PNI)
Pada tahun 1927, PNI didirikan oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono Sh, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI yang bersifat nasional mengalami perkembangan pesat, dan dalam waktu singkat berhasil menarik perhatian serta simpati massa.
Tahun 1927, PNI memprakarsai perdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) ysng merupakan badan koordinasi bermacam aliran untuk menggalang kesatuan melawan penjajahan.
Munculnya berita provokatif, bahwa PNI akan melakukan pemberontakan, mengakibatkan pemerintah Belanda menangkap para pimpinan PNI, yaitu Ir. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata yang kemudian dihadapkan pada pengadilan di Bandung tahun 1930. pengadilan tersebut menjatuhkan hukuman penjara pada keempat tokoh tersebut.
Dasar perjuangan PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis (Marhaenisme) serta bersikap nonkooperatif terhadap Belanda seperti halnya prinsip perjuangan PI di Belanda.

7.      Partai Indonesia (Partindo)
Karena para pemimpin PNI ditangkap, pimpinan partai dipegang Sartono SH. Namun, Sartono menghawatirkan kelanjutan dan perkembangan PNI. Ia khawatir jika PNI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Akhirnya demi keselamatan, PNI dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo). Namun, anggota PNI yang tidak setuju dengan pembubaran, membentuk partai lain bernama PNI Pendidikan.
Setelah Ir.Soekarno dibebaskan tahun 1931, ia memilih Partindo. Hadirnya Ir. Soekarno membangkitkan semangat juang anggota Partindo dan menghawatirkan pemerintah Belanda. Ir.Soekarno ditangkap lagi dan diasingkan ke Ende (Flores), kemudian dipindahkan ke Bengkulu tahun 1937 dan dibebaskan Jepang tahun 1943.

8.      Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan) yang dipimpin Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir dan berpusat di Bandung. Prinsip perjuangannya adalah berpegang teguh pada prinsip non kooperatif dan model perjuangannya sama dengan yang pernah dilakukan PI, PNI, dan Partindo.
Karena gerakan partai ini dianggap membahayakan kedudukan Belanda, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang ke digul pada tahun 1934. Tahun 1936, mereka dipindahkan ke Belanda, kemudian ke Sukabumi tahun 1942 hingga datangnya Jepang.

9.      Partai Indonesia Raya (Parindra)
Cikal bakal Parindra adalah Indische Studie Club di Surabaya yang dipimpin Dr. Sutomo. Pada tahun 1931, perkumpulan itu diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) dengan tujuan perjuangannya untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat.
Kemudian pada tahun 1935, PBI dan Budi Utomo bergabung dan selanjutnya membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra) yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Raya dengan diketuai Dr. Sutomo dan berpusat di Surabaya.
Perkembangan selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Serekat Sumatera, Serekat Ambon, dsb. Taktik perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah colonial Belanda) yang ternyata menguntungkan bangsa dan pergerakan nasional Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar